BEST CLASS E/KP/07

BEST CLASS E/KP/07

Sabtu, 10 Juli 2010

DEFISIT PERAWATAN DIRI

RIA NUANSA
04.07.1773
E /KP/VI

DEFISIT PERAWATAN DIRI
A. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).
Jenis–Jenis Perawatan Diri
1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ).
B. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran
Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
C. Patofisiologi
Perawatan diri kurang



Isolasi sosial : menarik diri
D. Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang .
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :
1. Data subyektif
a. Pasien merasa lemah
b. Malas untuk beraktivitas
c. Merasa tidak berdaya.
2. Data obyektif
a. Rambut kotor, acak – acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau.
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawat






E. Diagnosa Keperawatan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRIgor
Tgl No Dx Dx Keperawatan Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Defisit perawatan diri
TUM: klien dapat mandiri dalam perawatan diri

TUK:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat





1. Klien mampu menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat:
 Wajah cerah, tersenyum
 Mau berkenalan
 Ada kontak mata
 Menerima kehadiran perawat
 Bersedia menceritakan perasaannya






1. Bina hubungan saling percaya :
 Beri salam setiap berinteraksi.
 Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan
 Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien
 Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
 Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien
 Buat kontrak interaksi yang jelas
 Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati
 Penuhi kebutuhan dasar klien
2. Klien mengetahui pentingnya perawatan diri 2. Klien mampu menyebutkan:
 Penyebab tidak merawat diri
 Manfaat menjaga perawatan diri
 Tanda-tanda bersih dan rapi
 Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan 2. Diskusikan dengan klien:
 Penyebab klien tidak merawat diri
 Manfaat menjaga perawatan diri untuk keadaan fisik, mental, dan sosial.
 Tanda-tanda perawatan diri yang baik
 Penyakit atau gangguan kesehatan yang bisa dialami oleh klien bila perawatan diri tidak adekuat



3. Klien mengetahui cara-cara melakukan perawatan diri 3.1. Klien mampu menyebutkan frekuensi menjaga perawatan diri:
 Frekuensi mandi
 Frekuensi gosok gigi
 Frekuensi keramas
 Frekuensi ganti pakaian
 Frekuensi berhias
 Frekuensi gunting kuku
3.2. Klien mampu menjelaskan cara menjaga perawatan diri:
 Cara mandi
 Cara gosok gigi
 Cara Keramas
 Cara Berpakaian
 Cara berhias
 Cara gunting kuku 5.2. Diskusikan frekuensi menjaga perawatan diri selama ini
 Mandi
 Gosok gigi
 Keramas
 Berpakaian
 Berhias
 Gunting kuku
3.2.Diskusikan cara praktek perawatan diri yang baik dan benar :
 mandi
 gosok gigi
 Keramas
 Berpakaian
 Berhias
 Gunting kuku
3.2. Berikan pujian untuk setiap respon klien yang positif
4. Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat 4. Klien dapat mempraktekkan perawatan diri dengan dibantu oleh perawat:
 Mandi
 Gosok gigi
 Keramas
 Ganti pakaian
 Berhias
 Gunting kuku 4.1.Bantu klien saat perawatan diri :
 Mandi
 Gosok gigi
 Keramas
 Ganti pakaian
 Berhias
 Gunting kuku
4.2. Beri pujian setelah klien selesai melaksanakan perawatan diri
5. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri 5. Klien dapat melaksanakan praktek perawatan diri secara mandiri
 Mandi 2 X sehari
 Gosok gigi sehabis makan
 Keramas 2 X seminggu
 Ganti pakaian 1 X sehari
 Berhias sehabis mandi
 Gunting kuku setelah mulai panjang 5.1. Pantau klien dalam melaksanakan perawatan diri:
 Mandi
 Gosok gigi
 Keramas
 Ganti pakaian
 Berhias
 Gunting kuku
5.2. Beri pujian saat klien melaksanakan perawatan diri secara mandiri.
6. Klien mendapatkan dukungan keluarga untuk meningkatkan perawatan diri 6.1. Keluarga dapat menjelaskan cara-cara membantu klien dalam memenuhi kebutuhan perawatan dirinya
6.2. Keluarga dapat menyiapkan sarana perawatan diri klien: sabun mandi, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, handuk, pakaian bersih, sandal, dan alat berhias
6.3. Keluarga dapat mempraktekan perawatan diri pada klien 6.1 Diskusikan dengan keluarga:
 Penyebab klien tidak melaksanakan perawatan diri
 Tindakan yang telah dilakukan klien selama di rumah sakit dalam menjaga perawatan diri dan kemajuan yang telah dialami oleh klien
 Dukungan yang bisa diberikan oleh keluarga untuk meningkatkan kemampuan klien dalam perawatan diri
6.2. Diskusikan dengan keluarga tentang:
 Sarana yang diperlukan untuk menjaga perawatan diri klien
 Anjurkan kepada keluarga menyiapkan sarana tersebut
6.3. Diskusikan dengan keluarga hal-hal yang perlu dilakukan keluarga dalam perawatan diri :
 Anjurkan keluarga untuk mempraktekkan perawatan diri (mandi, gosok gigi, keramas, ganti baju, berhias dan gunting kuku)
 Ingatkan klien waktu mandi, gosok gigi, keramas, ganti baju, berhias, dan gunting kuku.
 Bantu jika klien mengalami hambatan dalam perawatan diri
 Berikan pujian atas keberhasilan klien

Sabtu, 03 Juli 2010

TB Paru

A. Pengertian
Tubercolosis (TB) adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tubercolosis yaitu suatu bakteri tahan asam yang dapat mengenai hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak adalah diparu (Mansjoer, dkk. 2001).
Tubercolosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tubercolosis yang dapat menyerang semua organ, yang tersering adalah paru dan tulang (Ramali. 2003).

B. Klasifikasi Tubercolosis
Ada dua macam klasifikasi tubercolosis, yaitu tubercolosis primer dan tubercolosis sekunder.
1. Tubercolosis Primer
Penularan TB paru ini dikarenakan dibatukkan atau dibersinkan sehingga keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi dapat menetap dalam udara bebas 1 – 2 jam tergantung ada tidaknya sinar ultraviolet. Kuman akan semakin tahan bila ventilasi buruk dan kondisinya lembab. Bahkan dapat bertahan sampai berhari-hari ataupun berbulan-bulan.
2. Tubercolosis Skunder
Merupakan dari Tubercolosis primer yang akan muncul setelah bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen dan menjadi TB dewasa. Penyakit TB sekunder ini timbul saat imunitas orang yang membawa carier menurun.
TB sekunder dimulai dari sarang dini yang mula-mula berbentuk sarang pneumoni kecil dalam 3-10 minggu kemudian sarang akan berubah menjadi Tuberkel yaitu suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histosit dan sel datia langhans (sel besar dan memiliki banyak inti) yang dikelilingi sel-sel limfosit dan bermacam-macam jaringan ikat.
Penyakit TB sekunder didapat pada saat masa muda dan akan tumbuh menjadi penyakti TB pada usia tua. Hal ini juga bergantung dari jumlah kuman, virulensi dan imunitas pasien.

C. Etiologi
TB disebabkan karena kuman. Kuman yang sangat berpengaruh adalah Mycobacterium Tubercolosis dan Mycobacterium Bovis. Selain kedua jenis kuman tersebut penyebab TB juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Heriditer
2. Usia, terutama pada bayi menjadi resiko tinggi terinfeksi
3. Masa puber dan remaja. Dikarenakan masa pertumbuhan dan diit yang tidak adekuat
4. Keadaan stres
5. Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi
6. Infeksi berulang : HIV
7. Tidak memenuhi aturan pengobatan

D. Patofisiologi
Kuman yang masuk dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit, tapi tergantung pada banyaknya kuman yang masuk, virulensi dan juga imunitas pasien. Kuman TB akan masuk dalam paru-paru dan kemudian menyebar. Histosit kemudian mengangkut kuman tersebut masuk kekelenjar limfe menuju saluran getah bening sehingga terbentuk kompleks primer dan mengadakan reaksi eksudasi yang terjadi sekitar 2-10 minggu yang disebut sebagai masa inkubasi.
Setelah masa inkubasi, bagian paru biasanya menjadi lesi yang terdapat hampir disemua tempat terutama di perifer dekat pleura. Selain itu juga terdapat pembesaran kelenjar regional. Pada reaksi radang, leukosit akan memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya yang kemudian basil akan menyebar ke limfe dan sirkulasi.
Setelah beberapa minggu limfosit menjadi sensitif terhadap organisme TBC yang kemudian membebaskan limfokin yang berubah menjadi makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan menimbulkan gejala pneumonia akut. Bila proses ini berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembangbiak dalam sel, makrofag akan menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Kemudian mengalami nekrosis pada bagian sentral dan memberikan gambaran yang relatif padat (kaseosa).
E. Manifestasi Klinis
1. Demam, malaise, anoreksia, BB menurun dan kadang-kadang batuk dan nyeri dada
2. Gejala lanjut : jaringan paru-paru banyak yang rusak, pucat, anemia, lemah dan BB menurun
3. Penurunan TB primer biasanya sukar diketahui secara klinis karena mulainya penyakit secara perlahan. Kadang-kadang TB ditemukan pada anak tanpa gejala atau keluhan tetapi saat dilakukan uji Tubercolin ditemukan kuman ini. Gejala TB primer berupa demam yang naik turun selama 1 – 2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek. Kadang-kadang terjadi anoreksia dan BB nenurun.

F. Komplikasi
1. Meningitis
2. Pleuritis
3. Bronkopneumoni
4. Atelektasis

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Dicurigai Tubercolosis
a. Anak sakit dengan riwayat kontak penderita dengan diagnostik pasti (BTA positif)
b. Anak dengan :
1) Keadaan klinis tidak membaik setelah menderita campak atau batuk reja
2) BB menurun, batuk dan mengi yang tidak membaik dengan pengobatan antibiotik untuk penyakit pernafasan
3) Pembesaran kelenjar superfisial yang tidak sakit.
2. Mungkin Tubercolosis
Lanjutan dari anak yang dicurigai Tubercolosis kemudian ditambah dengan :
a. Uji Tubercoin positif (10 mm / lebih), dilakukan selama 2 x 24 jam
b. Foto rongen paru sugestif Tubercolosis
c. Pemeriksaan histologis biopsi sugestif Tubercolosis
d. Respon yang baik pada pengobatan dengan OAT
3. Pasti Tubercolosis
Ditemukan basil Tubercolosis pada pemeriksaan langsung atau biakan. Identifikasi Mycobacterium Tubercolosis pada karakteristik biakan.

H. Penatalaksanaan
1. Rimfampisin, dengan dosis 10-15 mg/Kg.BB/hari diberikan 1x sehari per-oral dan diberikan selama 6-9 bulan.
2. INH (isoniazid) dengan dosis 10-20 mg/Kg.BB/hari melalui per-oral yang diberikan selama 18-24 bulan
3. Streptomisin (IM), dengan dosis 30-15 mg/Kg.BB maksimum 750 mg/hari, diberikan selama 1-3 bulan yang dilanjutkan 2-3 x seminggu selama 1-3 bulan lagi
4. Pirazinamid dengan dosis 30-35 mg/Kg.BB/hari melalui oral, 2x sehari selama 4 bulan
5. Para-aminosalisilat dengan dosis 200-300 mg/Kg.BB/hari secara oral 2-3x sehari. Obat ini jarang dipakai karena dosisnya terlalu tinggi.

By : Anistiana Prasetyaningsih (04.07.1746)

Kamis, 01 Juli 2010

Kisi-kisi

Hormone hipofise, gambaran klinis sindrom chusing, data volume cairan kurang dari kebutuhan pada klien diabetes insipidus, intervensi pembedahan tumor hipofise, tanggung jawab perawat klien chemotherapy.

Pengkajian pada pasien di poli kulit, Steven jonhson dan diagnosa keperawatan, luka bakar dan cara menentukan derajat, manajemen acne vulgaris, stroke dan penanganannya.